1.berita ekonomi di indonesia

Penyebab Ekonomi Indonesia Anjlok: Konsumsi Rumah Tangga hingga Investasi Seret

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Onny Widjanarko menjelaskan, ke depannya, BI akan terus mencermati dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.null

“Serta secara konsisten memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong pemulihan ekonomi nasional,” jelasnya

Melansir dari laman Bank Indonesia, penurunan pertumbuhan ekonomitriwulan I 2020 dari sisi pengeluaran, terutama dipengaruhi penurunan permintaan domestik.

Konsumsi rumah tangga tercatat 2,84 persen (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97 persen (yoy).

“Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7 persen (yoy) terutama dipengaruhi oleh melambatnya investasi bangunan,” tambah Onny.

2.berita ekonomi di Amerika serikat

Ekonomi AS Diramal Porak Poranda Minus 9 Persen Karena Corona

Jakarta, CNN Indonesia — Pengamat menyebut pertumbuhan ekonomiAmerika Serikat (AS) bakal ‘hancur-hancuran’ karena pandemi virus corona, terutama pada kuartal I dan II 2020.

Ekonom Goldman Sachs, misalnya, memproyeksi pertumbuhan ekonomi riil AS negatif 9 persen pada kuartal I dan berlanjut hingga 34 persen pada kuartal II.  Kondisi ini terjadi, karena banyaknya perusahaan yang menempuh jalur pemutusan hubungan kerja (PHK). Jumlah pengangguran di AS pun dipastikan meningkat.
Belum lagi, banyaknya warga yang mengajukan kredit ke bank. Padahal, pusat kota di AS adem ayem. Nyaris seluruh pusat perbelanjaan atau mal tutup, bar dan kafe kosong, dan pesawat terbang tidak lagi membawa penumpang.

ekonom tersebut menilai hantaman penyakit covid-19 memang belum tercermin dalam data bulanan AS. Namun akan terasa pada rilis tiga bulanan selama dua kuartal berturut-turut.

Tak heran, laporan konsumen terakhir menunjukkan bahwa AS masih cukup percaya diri saat ini. Begitu juga dengan laporan pekerjaan bulanan, di mana datanya tidak atau belum menunjukkan tren menurun signifikan.

Apalagi, periode survei dalam membuat laporan dilakukan pada pekan kedua Maret. Saat itu, AS baru sadar ada ancaman besar dari virus corona dan jaga jarak fisik antar warga (physical distancing) belum diimplementasikan.

Namun, pada pertengahan tahun ini, ia meramalkan tingkat pengangguran melonjak hingga 15 persen. Pekan lalu saja, terdapat 32,8 juta orang AS yang mengajukan tunjangan pengangguran.

Skenario Terburuk Rupiah Rp20 Ribu per Dolar AS Karena CoronaJumlah orang yang akan terkena PHK akan terus bertambah. Pekan ini diproyeksi ada tambahan hingga jutaan pekerja yang akan didepak dari perusahaan.

Kepala Ekonom Moody’s Analytics memproyeksi ada 4,5 juta orang yang terkena PHK mengajukan tunjangan pengangguran pekan ini. Angka itu akan menjadi yang tertinggi dalam sejarah.

Pemerintah AS perlu segera merealisasikan berbagai stimulus yang telah dijanjikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang terdampak penyebaran virus corona. Salah satunya adalah pinjaman untuk pelaku usaha kecil.

Masalahnya, sekarang sudah memasuki awal bulan. Itu berarti waktunya bagi pelaku bisnis dan konsumen membayar cicilan utang ke perbankan. Namun, dana darurat yang dijanjikan pemerintah AS belum juga dicairkan.

Ia menyatakan dana itu hanya bisa untuk menjaga warga AS bertahan hidup. Namun, tidak cukup untuk menggairahkan kembali ekonomi Pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Makanya, para pengamat meminta pemerintah AS untuk kembali mengkaji stimulus ekonomi lebih banyak dengan dana yang jauh lebih besar. Ini dibutuhkan secepatnya demi mempertahankan ekonomi. Lihat saja, hanya dalam waktu tujuh pekan pasar saham jatuh ke rekor tertingginya. Pergerakan indeks Dow Jones tercatat paling parah karena anjlok lebih dari 30 persen. Seluruh situasi ekonomi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Para ekonom mengaku belum memiliki panduan dalam menghadapi situasi sekarang.

3. Berita ekonomi negara China

Meramalkan Kondisi Ekonomi China setelah Wabah Virus Corona

KOMPAS.com – Dampak merebaknya virus corona dalam beberapa pekan terakhir diprediksi memengaruhi kondisi perekonomian China.  Saat ini perekonomian China yang mulai melemah diperkirakan akan menghadapi pukulan besar.

Berbagai langkah pengendalian virus, dipandang oleh beberapa peneliti akan mempengaruhi kuartal pertama capaian ekonomi dengan potensi berefek jangka panjang.

Memengaruhi ekonomi masyarakat bawah

Ekonom China Huang Yiping, mantan penasihat komite kebijakan moneter bank sentral China, mengatakan bahwa, berdasarkan contoh SARS, masih terlalu dini untuk menganalisis sepenuhnya dampak ekonomi virus corona.

“Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 telah menurun secara signifikan, dari 6,4 persen pada kuartal pertama menjadi 6,0 persen pada kuartal ketiga. Pendapat umum bahwa kuartal keempat akan turun di bawah 6,0 persen,” tulis Huang dalam sebuah artikel dikutip dari South China Morning Post,

Menurutnya kuartal keempat sebetulnya memiliki tanda-tanda ekonomi stabil akan tetapi terjadinya epidemi menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan kembali menurun.Kondisi itu dinilai akan mempengaruhi kehidupan warga ekonomi menengah ke bawah.

Adapun catatan Oxford Economics menyebut dampak ekonomi karena virus corona ini diperkirakan tak akan separah dibanding SARS, setidaknya untuk saat ini. Hal itu dinilai karena adanya tanggapan yang cepat dan transparansi yang lebih tinggi mengenai jumlah korban dan penanganannya.

“Waktu reaksi yang lebih cepat oleh otoritas China kali ini, dengan peningkatan transparansi dan tindakan tegas yang diambil baru-baru ini, tentu membantu dalam mengurangi dampak pada kesehatan masyarakat, kepercayaan dan ekonomi,” kata Oxford Economics sebagaimana dilansir dari SCMP.

Komentar saya tentang perekonomian ini semoga semakin membaik buat kedepannya dan semoga virus Corona cepat reda dan aktivitas bekerja pun sudah lancar kembali seperti semula

Tinggalkan komentar